(021) 29079214
info@badilag.net

Memperkokoh Pilar Keadilan: Ditjen Badilag dan Ketua Muda Agama MA RI Genjot Integritas dan Kualitas SDM Peradilan Agama di Jawa Barat

 

DSC06280 1 1 11zon

 

Bandung, 31 Juli 2025 – Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Bandung menjadi tuan rumah pembinaan penting dalam rangka peningkatan integritas, kinerja, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) peradilan. Pembinaan ini secara khusus diberikan oleh Ketua Muda Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, Dr. H. Yasardin, S.H., M.Hum, dan merupakan pelaksanaan perdana dari amanat tegas Ketua Mahkamah Agung RI agar pembinaan semacam ini dilakukan langsung oleh Hakim Agung pada kamar masing-masing peradilan.

Acara ini dihadiri oleh jajaran pimpinan dan hakim tinggi PTA Bandung, serta seluruh Ketua, Panitera, dan Sekretaris Pengadilan Agama (PA) sewilayah PTA Bandung.

DSC06225 1 11zon

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (Drs. H. Muchlis, S.H., M.H.), menekankan urgensi pembinaan ini sebagai mandat strategis dari Ketua Mahkamah Agung. "Ini bukan sekadar arahan, melainkan sebuah mandat strategis untuk memastikan setiap lini peradilan kita, dari hulu hingga hilir, selalu menjunjung tinggi standar integritas dan profesionalisme tertinggi," ujar Dirjen Badilag.

Beliau juga menyampaikan kehormatan besar bagi seluruh peserta dapat menerima pembinaan langsung dari Ketua Muda Agama Mahkamah Agung RI. "Kehadiran beliau adalah representasi nyata dari keseriusan Mahkamah Agung dalam memastikan setiap insan peradilan agama memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur integritas serta praktik terbaik dalam kinerja," tambahnya.

Dirjen Badilag dengan tegas mengingatkan bahwa integritas adalah harga mati. Tanpa integritas, peradilan hanyalah cangkang kosong. Integritas harus menjadi napas dalam setiap gerak langkah aparatur peradilan, baik dalam administrasi peradilan maupun dalam teknis yustisial.

DSC06249-min 11zon

Senada dengan itu, Dr. H. Yasardin, S.H., M.Hum., menegaskan bahwa integritas adalah aset paling vital dalam dunia peradilan, di sinilah letak kunci kewibawaan dan kemandirian dalam korps peradilan. "Orang yang tidak berintegritas pasti tidak berwibawa. Kewibawaan itu tidak bisa dicipta-ciptakan hanya dengan marah-marah di rapat," tegas beliau. Dr. Yasardin menjelaskan bahwa kejujuran adalah karakter, dan karakter dapat diubah jika ada kemauan. Beliau menguraikan dua poin utama integritas:

  1. Konsistensi: Keselarasan tindakan, nilai-nilai, metode, ukuran, prinsip, dan harapan yang dihasilkan.
  2. Kemampuan memegang teguh prinsip moral secara konsisten.

Beliau juga memaparkan empat godaan utama yang dapat menggoyahkan integritas:

  • Pujian
  • Uang
  • Perempuan
  • Kekuasaan: Penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden) yang merusak integritas.

"Selarasnya integritas dimulai dari hati, pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Karena hati tidak pernah berbohong dan memerintahkan yang salah," ucap Dr. Yasardin, merujuk pada Surat Fushshilat ayat 30 yang mengingatkan untuk tidak takut, karena Allah akan memberikan jalan rezeki dari arah yang tidak disangka bagi mereka yang beristiqamah.

Dr. Yasardin juga mengingatkan bahwa manipulasi yang menguntungkan sebagian pihak akan merugikan lembaga atau institusi secara keseluruhan. "Contoh ada satker yang diusulkan WBK, ketua dan semuanya sudah berjuang, tapi ternyata ada pegawai yang ditangkap polisi, maka bubar itu semua perjuangan dan nama lembaga. Artinya kita semua harus bersinergi, bukan hanya ketua, wakil ketua, panitera, sekretaris, hakim, PP dan panmud, tapi semuanya dari lini yang menjaga di depan sampai ke ruang ketua. Itu harus sama berintegritas," pesannya

Menumbuhkan Kesadaran untuk Integritas dan Fokus Peningkatan Kualitas Kinerja

Ada empat kesadaran yang harus ditumbuhkan untuk membangun integritas:

  1. Kesadaran akan nilai-nilai diri: Setiap individu memiliki kemuliaan (ahsani taqwim) yang tidak boleh dirusak oleh perbuatan tercela.
  2. Kesadaran akan konsekuensi: Setiap kesalahan memiliki konsekuensi bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan juga bagi keluarga dan lembaga.
  3. Kesadaran akan tanggung jawab: Tanggung jawab dunia dan akhirat melekat pada setiap tugas yang diemban, terutama dalam memutuskan perkara. 
  4. Kesadaran kepentingan kejujuran: Kejujuran adalah nilai universal yang penting, bahkan bagi mereka yang tidak beragama.

"Tanpa kesadaran yang mendalam akan hal-hal tersebut, integritas akan sulit tumbuh dan bertahan karena integritas bukanlah sekadar kepatuhan terhadap aturan, melainkan sebuah internalisasi nilai-nilai yang tercermin dalam setiap aspek kehidupan," jelas Dr. Yasardin

DSC06314 11zon

Setelah sambutan pembinaan, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Direktur Pembinaan Administrasi Peradilan Agama Ditjen Badilag MA RI sekaligus Plt. Direktur Pranata dan Tatalaksana Perkara Perdata Agama, Sutarno, S.I.P., M.M. Materi yang disampaikan fokus pada Administrasi Peradilan dalam Memberikan Dukungan Persidangan Elektronik Data Kinerja Individu Tenaga Teknis PA. Pembekalan ini diharapkan semakin memperkuat pemahaman dan implementasi praktik terbaik dalam operasional peradilan agama. (RW)